Rabu, 20 Juli 2011

" jawab aku, SORE.. "

Sore.. 
Perihku tak mampu lagi kupungkiri. 
Asa ku putus sudah. 
Hujan deras di hatiku, banjir hingga ke mata. 
Di pelupuk tergenang tertahan. 
Menunggu terjatuh tanpa suara. 

Sore.. 
Bagi aku senjamu, yang indah itu. 
Atau anginmu, yang damai itu. 
Pelangimu, mungkin? 
Atau sisa-sisa embun pagimu? 
Apa saja.. 
Teduhkan hatiku, sedikit saja. 

Sore.. 
Tidak bisakah kau mengubahku, 
Menjadi kupu-kupu? 
Yang bisa terbang kesana kemari menghiasi rumput hijaumu? 
Menghisap manisnya madu di bungamu? 

Sore.. 
Aku takut sekali.. 
Langitku tak seindah langitmu. 
Aku ini mendung, lebih tepatnya. 
Sore.. 
Aku iri sekali.. 
Mau kah kau beri aku sedikit cerahmu? 
Akan kutukar dengan baris-baris puisiku. 
... 
Jawab aku, sore.. 
Jangan diam saja. 


Tertanda, 
Pilu.
READ MORE - " jawab aku, SORE.. "

Minggu, 17 Juli 2011

mengertilah, Nyonya.

KATANYA.
kau akarku.
asal dari kecambahku.
tapi kok?
bagaimana bisa aku merasa
tidak ada yang kau mengerti dari aku?


Coba katakan padaku,
Apakah kau tau apa yang aku mau?
Tahukah kau apa yang aku suka?
Pernahkah kau dengar satu saja dari ceritaku?
Cerita sedihku yang menggunung itu? mungkin?
TIDAK.


Aku tidak terbuka, memang iya!
Aku tidak pernah bercerita, betul sekali.
Kenapa?
Sekarang coba beritahu aku,
bagaimana aku bisa bercerita, kalau akhirnya serba salah juga.
tidak seperti temanku ira atau natlia. seisy atau marie
yang bisa dengan bebas berkata apa.
Kau tidak pernah membantuku melakukannya.
mengajariku menjalankannya.
bagaimana bisa kita bercengkrama apalagi saling terbuka?
Aku, tidak terbiasa.


Menangis saja aku salah, kan? dimatamu itu?
itu ekspresi kesedihan, tolonglah mengerti sedikit.
oke. baiklah aku tidak akan menangis.
Senduku akan selalu kusembunyikan, didepanmu.


Sekarang aku ceria.
......
Nah! lihat? ceria pun aku salah!
Aku sumringah pun kau sepertinya tidak suka.
Lalu aku harus bagaimana?


Zaman ini tidak selurus yang kau bayangkan, Nyonya.
Lihat aku. Lihat hasilnya.
Dan tolong berhentilah berfikir aku yang terburuk di dunia,
Banyak bunga lain diluar sana yang berduri SAMA.
atau bahkan malah lebih tidak berguna.


Bukan aku membela diri.
Tapi bisakah kau lihat?
sedikit saja.
aku ini sedang berusaha.
prosesku menjadi seperti apa yang kau minta sedang dalam rencana.


Ketahuilah, Nyonya.
Apa yang kau tau dan percaya,
Kadang tidak sesuai dengan kenyataannya.
Tapi bagaimanapun,
kau akan tetap menjadi Nyonya.
Akar kecambahku yang agung dan sempurna.






ditulis dengan CINTA.
READ MORE - mengertilah, Nyonya.

" abaikan "

Jam dua pagi,
Menguap iya, tidur tidak bisa.
Segala kata, tanya, tanda, tawa hingga keluar air mata.
Menggulung meronta.
Berkecamuk di dada.
Membangunkan sesak, membuat sakit kepala.

Bingung aku,
Tiba-tiba ragu datang bertamu.
Menanyakan hal konyol kepadaku.

Kemana perginya rindu, katanya.
Sedetik sekejap kupejamkan mata.
Berusaha mencari jawaban atas pertanyaan.

Dihati, lemah luluh tidak berdaya.
Dibibir, melawan.
mengangkat kepala, membusungkan dada dan berkata,
"abaikan"
READ MORE - " abaikan "

- sihir sang penyair -

Bagaimana. 
Aku bisa gila terus berteman dengan kendala. 
Tapi bagaimana? 
Menjauhiku seperti berat sekali bagi sang bala. 

Lelah aku. 
Dianggap seperti manusia tidak tau diri. 
Padahal adakah yang bisa membuka diri? Mencoba mengerti? 

Duri itu suka datang sendiri! 
Bukan aku yang meminta. 
Aku disini sudah mencoba, 
Berganti tingkah menjadi anak manis dan baik adanya. 
Tapi sudah begitu, bagaimana bisa, berpuisi pun aku tetap berdosa. 
Berkata apapun tetap salah juga. 

Hey! Lancang sekali kau, duri! 
Belum saja satu kaki sanggup tegap berdiri. 
Sudah kau buat aku jatuh lagi. 

Bagaimana ini. 
Kemana larinya langit bersih tanpa biru? 
Mimpi indah tanpa kelabu? 
Tak berani melangkah aku takut akan marah. 
Tak berani berlari aku benci akan caci. 

Hey penyihir! 
Sihir aku dalam dongengmu. 
Hey penyair! 
Telan aku dalam puisimu. 
Dan kau, bumi. 
Tolong lahirkan aku lagi, 
Bersih tanpa noda. 
Indah tanpa dosa. 
Bahagia tanpa derita. 
Menjelma sebagai putri dalam kerajaanku sendiri. 
Akan kumusuhi si kendala dan kurangkul erat si bijaksana. 
Sehingga tidak ada lagi, tidak akan lagi, aku berhadapan dengan kecewa. 
Dimatamu, dimataku, dimata dia, dimata mereka..
READ MORE - - sihir sang penyair -

- sebutir debu terakhir -

Kau. 
Bertumpu pada ragu. 
Sesat bagaikan sendu. 
Racunmu, menorehkan luka dibanyak hati.. 
Termasuk hatiku, dulu. 

Aku tau, 
Kau pantau tulisanku. 
Sekarang kujadikan kau objek dalam kalimatku. 
Agar kau mengerti, bagaimana aku, hatiku, hidup dan lukaku, ingin mengakhirimu.. 

Kau. 
Memang pernah menjadi angka satu, 
Dalam urutan kataku. 
Menjadi pintu, 
Pada benteng hatiku. 

Tapi kau bunuh cintaku. 
Kau rasuki deritaku. 
Begitu kejam, 
Menembus tulang dan berbekas di kulitku. 

Sudahlah, cukup. 
Kau sudah berada di pelupuk benci terliarku. 
Bukan rindu lagi. 
Pergilah berkutat dengan dusta dan wanitamu. 
Aku pun akan terus menggenggam terang dari sosok matahariku. 

Karena sekarang, 
Semua telah karam,buram. 
Bagai kertas ditinta hitam lalu dibakar, menjadi abu.. 
lalu tertiup angin dan.. Hilang. 
Menyisakan sebutir debu terakhir, yang melalui puisi ini, aku tiup dan lepaskan.. 
Tanpa sisa. 

... Karena cinta, tidak pernah menyakiti
READ MORE - - sebutir debu terakhir -

- perempuan dusta -

Hey! 
Perempuan gila bermata satu. 
Lihatlah dirimu itu! 
Menyembah kehancuranmu sediri. 
Menyedihkan sekali. 
Menggenggam duri yang kau rebut dari bunga layu-ku. 
Sekarang kau dapat apa? 
Cinta? 
Kau benar-benar membuatku tertawa. 
Itu DUSTA! Dasar bodoh. 
Besarkan matamu sedikit! 
Membuatku muak saja. 
Ingat? Apa yang kau lakukan padaku tanggal 1 sepuluh bulan yang lalu? 
Dengar, walaupun aku sudah tidak peduli lagi, tapi lihatlah dan buktikan, 
Sakitmu karena benciku. 
KARMAmu karena dendamku. 
Akan datang, sebentar lagi.
READ MORE - - perempuan dusta -

- perfectly imperfect -

" sometimes, you just have to put a period on something that has to end, and not just settle on coma "

Aku percaya, ada pelajaran yang terkandung dalam setiap peristiwa yang terjadi di dunia ini. 
Udara yang membantuku bernafas, atau hujan yang membuat tetes air di mataku. Angin yang membantuku mekar dan merekah, atau badai yang menyandungku, mendatangkan masalah. 
Lihatlah, kerikil kerikil itu. Apabila dipanaskan, walaupun kecil, tetap bisa membuatmu terluka, bukan? 
itulah yang terjadi, padaku. 
Aku mengumpulkan kerikil kerikil itu, sedikit demi sedikit. Aku pikir, tidak apa-apa. Tapi saat itu membukit, bersamaan dengan datangnya panas, tidak terelakkan lagi,aku benar benar jatuh, dan terluka. 
Menyedihkan sekali, dihancurkan oleh apa yang aku bangun sendiri, yang aku pertahankan, yang (tadinya) aku pikir (pada akhirnya) aku dapat memetik buah dari kesabaranku, yaitu kebahagiaan. Tapi ternyata aku salah, karena nyatanya, yang benar adalah aku mendapatkan hasil dari kebodohanku, kesalahanku. 
Pelajaran hidup. 
Akhirnya, aku harus menghadapi segala konsekuensinya. Dan percayalah, konsekuensi dari kesalahan yang keterlaluan itu, dahsyat bukan main. Membuatku sempat benci sekali dengan semua orang, yang hanya melihatku dari kesalahanku. Ingin sekali kukatakan kepada mereka, dimana hatimu, saat kau ucapkan kalimat menyakitkan itu? Seandainya bisa dipertunjukan, bagaimana aku menjalani semua itu, aku bisa jamin, kau akan menangis. 
Mencintai orang yang salah memang musibah. Tapi mencintai orang yang kita cintai dengan cara yang salah, itu lebih dari bencana. 
Dan Tuhan, berhak mengambil apapun dari kita, siap tidak siap, kita harus ikhlas. 
Oleh karena itu aku bangkit, aku belajar, aku mencoba. Menjadi diriku yang baru, berusaha memperbaiki, segalanya.. 
Kembali tegap berdiri diantara puing puing hatiku, bersama orang-orang yang menyayangiku. Matahariku, menuntunku kembali ke jalan yang lebih indah, lebih terang. 
Membuatku merasa sempurna, dalam ketidaksempurnaanku. 
Dan aku tau,ada alasan di setiap kesalahan, yang kadang hanya bisa dimengerti oleh diri sendiri. Itu sebabnya aku memaafkan, itu sebabnya, aku ikhlas.. 
Aku, belajar kejujuran dari sebuah kebohongan, dan belajar kesetiaan dari sebuah pengkhianatan. 
Tapi seperti yang tercatat di diariku, 20 februari lalu. 
..... aku hanya manusia biasa, yang walau bagaimanapun juga, memiliki hati. Dan aku ingin ada seseorang yang menjaganya untukku, yang suatu hari nanti akan datang dan berkata, " seandainya tidak ada lagi orang yang mencintaimu karena kamu tidak sempurna, aku akan tetap disini, mencintaimu, sesempurna mungkin...... " 


" Karena seperti ketika seekor ulat berfikir bahwa dunianya telah berakhir, saat itulah ia berubah, menjadi kupu-kupu.. 

Sekian:)
READ MORE - - perfectly imperfect -